Tuesday

Home (Postingan Bijak).



Hari ini hujan pake banget, dan hari ini saya akan memulai dengan bijak dan elegan.
Liburan yang cukup panjang ini,membuat saya belajar banyak hal. Begitu banyak hal. Mulai dari hal sangat kecil sampai yang sangat besar dan rumit. Pelajaran ini banyak saya ambil ketika saya menikmati liburan ini dirumah, bersama keluarga. Saya sangat menikmatinya. Banyak diluar sana yang lebih memilih having much fun sama teman-temannya,dibanding hanya minum teh senda gurau bersama ayah atau ibu atau keluarganya. Saya tidak. Entah kenapa ayah ibu lama banget bangun rumah kami ini, tahun ini udah masuk tahun ke 6 pembangunan rumah yang kami tempati ini, gak kelar-kelar kaya galian kabel. Mungkin ini salah satu alasannya, ingin buat anak-anaknya nyaman dirumah dan gak banyak main. Saya rasa orang tua saya berhasil. Jadi dengan banyaknya intensitas saya dirumah, saya bisa lebih memahami gimana usaha setiap harinya mengurus anak-anaknya, gimana capeknya mereka pulang kerja, gimana cara membantu meringankan beban orang tua dan lain-lain. Apalagi saya merantau. Tentu saya tidak begitu paham bagaimana orang tua saya beraktivitas setiap harinya. Dari situ saya banyak memahami. Begitu banyak hal-hal tersirat yang ayah dan ibu didik untuk kebaikan saya. Saya yang tidak lama lagi akan hidup mandiri, yang tidak bisa selamanya hidup bersama dengan mereka. Berikutnya.
Jarak. 
Liburan ini mengajarkan saya tentang bagaimana sebuah jarak bisa memberi pelajaran. Sebetulnya mungkin liburan kemarin-kemarin juga, tapi liburan ini harus benar-benar matang dan mengerti tentang jarak. Begitu banyak hal yang bisa dilakukan karena ada jarak. Jarak ternyata bukan selalu berbentuk halangan lho. Tapi peluang. Iyasih, peluang itu ada tergantung bagaimana sudut pandang kita. Pasti ada sudut positif dan negatifnya. Jarak memberikan kita ruang yang bebas bisa melakukan apapun yang kita mau. Tapi jarak juga bisa memberikan halangan untuk kita melakukan sesuatu. Balik lagi, do more of what makes you happy. Pilih jalan yang membuat kamu lebih senang untuk dijalani. Hidup itu emang pilihan sih, basicly. Jarak membuat saya belajar gimana saya harus mengontrol perasaan. Karena banyak hal yang diprioritaskan tidak pada tempatnya, disini pelajarannya. Jarak juga membuat kita menahan emosi, gejolak atau semacam grasak-grusuk. satu lagi, jarak bikin kita let it flow, mengalir.
Balas budi.
Waktu saya kecil dulu, ibu udah sibuk kerja. Ibu emang wanita karir banget pokoknya. Waktu umur 2bulanan, saya bukan lagi diasuh sama ibu. Bulik/Tante atau saya menyebutnya bunda. Iya, kata ayah dia udah kayak sosok ibu kedua buat saya. Bunda adalah adik dari ayah. Saya dari kecil nempel banget sama bunda. Bawaannya pasti melow banget kalo inget/mikirin/ngelamun tentang bunda. Sampai sekarang saya nulis aja sambil berlinang. Foto saya begitu banyak dirumah bunda, saking sayangnya bunda sama saya. Begitu banyak keponakannya, hanya foto saya yang ada didompetnya. Sosok seorang ibu bagi saya setelah ibu saya sendiri. Waktu ulang tahun dulu, kalau gak salah waktu TK, bunda membelikan saya jam tangan. Bunda bilang "Jam tangannya di pake ya, supaya vita inget kalo setiap jam dulu waktu kecil, vita selalu sama bunda". Itu yang buat saya selalu melow kalo inget bunda. Bunda gak pernah marah sama saya, karena katanya saya gak pernah nakal,tentu saja itu bohong, saya selalu bertingkah,  tapi dia selalu mengerti tabiat saya. Saat ini bunda sedang memiliki seorang bayi. Walau telat, bunda tidak pernah merasa bahwa ada hal yang terlambat. Kemarin, saya mengantar bunda ke rumah sakit, untuk mengantar bintang (anak bunda) imunisasi. Tidak banyak yang bisa saya lakukan untuk membalas budi bunda, mungkin nanti jika ada saatnya. Bintang terlihat seperti saya, saking sayangnya bunda sama saya, anaknya dibilang mirip banget sama saya waktu kecil. Tapi emang terlihat iya sih. Sebetulnya saya gak suka dimirip-miripin, karena saya kan cuma ada satu di dunia. Tapi emang mirip mau gimana....Doa saya, semoga bunda selalu bahagia dan dicintai Allah, aaamiiin.
Mencintai adik.
Adik saya sudah semakin besar. Lebih gemuk dan lebih tinggi dari saya. Makannya juga lebih banyak dari saya, lebih pintar dan lebih berbakat dari saya. Saya tidak pernah iri, karena itu emang pantas dia miliki. Saya ingin dia memang harus lebih baik dari saya, dari segi apapun. Karena selain harapan ayah ibu, dia juga menjadi harapan saya, kakaknya. Terlihat betul, adik saya lebih bersemangat menjadi yang lebih baik dibanding waktu saya sekolah dulu. Dia begitu rajin ikut-ikut perlombaan. Dan dia punya caranya sendiri yang terlihat berbeda dari temannya. Semakin besar, semakin saya sadari begitu banyak orang yang saya cintai, tapi ada sesosok adik, yang dari kecil menemani saya dirumah yang saya rindukan ketika saya berada di perantauan. Saya begitu kesepian ternyata tanpa adik saya, sangat kehilangan. Begitu saya sangat mencintai dia ternyata.
Selamat berlibur everyone!!! xoxo.

0 comments:

Post a Comment